Senin, 13 Desember 2010

EFEK SEDATIF





            Sedatifa adalah menurunkan aktifitas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan penggunanya. Hipnotik yaitu senyawa yang menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai tidur alamiah.
            Fisiologi tidur : tidur cukup diperlukan untuk mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena kurang tidur. Pusat tidur terletak diotak yang mengatur fungsi fisiologis penting bagi kesehatan tubuh. Saat tidur, aktifitas saraf parasimpatis tinggi yang menyebabkan penyempitan pupil (myosis), perlambatan, pernafasan, dan sirkulasi darah, menurunnya kegiatan jantung, dan stimulasi aktifitas saluran pencernaan (peristaltik saluran sekresi getah lambung) terjadi proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dari organisme diperkuat. Golongan Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotik dan sedatif. Dosis sedatif untuk siang hari dalam dosis lebih rendah dari dosis sebagai obat tidur yaitu 0,5 – 1/6 kalinya.
            Fenobarbital digunakan untuk sedatif dengan dosis 15 – 30 mg. Pada penggunaan terus menerus menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis. Nitrazepam merupakan golongan Benzodiazepim long acting, yang berkhasiat sama dengan diazepam. Senyawa Nitro tersebut selain berkhasiat antikonvulsif dan melemaskan otot juga berkhasiat sebagai hipnotik sedatif.
            kloralhidrat adalah aldehida (kloral) yang terikat dengan air menjadi alkohol. Efektif pada penderita yang gelisah cepat menimbulkan toleransi dan reaksi ketergantungan fisik dan psikis. Oleh karena itu digunakan waktu yang singkat (1 – 2 minggu), sekarang jarang digunakan. Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan syaraf pusaf. Yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma, dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi dan menenangkan. efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat yang tidak termasuk obat golongan depresan SSP. Walaupun obat itu memperkuat efek penekanan SSP. Secara mandiri tidak dapat menginduksi anestesi umum. Golongan obat tersebut umumnya telah menghasilkan efek terapi yang lebih spesifik pada kadar yang jauh lebih kecil dari pada kadar yang dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum.              

EFEK SEDATIF

Mempelajari pengaruh obat penekanan susunan syaraf pusat.
            Sedatifa adalah menurunkan aktifitas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan penggunanya. Hipnotik yaitu senyawa yang menimbulkan rasa kantuk, mempercepat tidur dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai tidur alamiah.
            Fisiologi tidur : tidur cukup diperlukan untuk mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena kurang tidur. Pusat tidur terletak diotak yang mengatur fungsi fisiologis penting bagi kesehatan tubuh. Saat tidur, aktifitas saraf parasimpatis tinggi yang menyebabkan penyempitan pupil (myosis), perlambatan, pernafasan, dan sirkulasi darah, menurunnya kegiatan jantung, dan stimulasi aktifitas saluran pencernaan (peristaltik saluran sekresi getah lambung) terjadi proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dari organisme diperkuat. Golongan Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotik dan sedatif. Dosis sedatif untuk siang hari dalam dosis lebih rendah dari dosis sebagai obat tidur yaitu 0,5 – 1/6 kalinya.
            Fenobarbital digunakan untuk sedatif dengan dosis 15 – 30 mg. Pada penggunaan terus menerus menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis. Nitrazepam merupakan golongan Benzodiazepim long acting, yang berkhasiat sama dengan diazepam. Senyawa Nitro tersebut selain berkhasiat antikonvulsif dan melemaskan otot juga berkhasiat sebagai hipnotik sedatif.
            kloralhidrat adalah aldehida (kloral) yang terikat dengan air menjadi alkohol. Efektif pada penderita yang gelisah cepat menimbulkan toleransi dan reaksi ketergantungan fisik dan psikis. Oleh karena itu digunakan waktu yang singkat (1 – 2 minggu), sekarang jarang digunakan. Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan syaraf pusaf. Yang relatif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma, dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi dan menenangkan. efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat yang tidak termasuk obat golongan depresan SSP. Walaupun obat itu memperkuat efek penekanan SSP. Secara mandiri tidak dapat menginduksi anestesi umum. Golongan obat tersebut umumnya telah menghasilkan efek terapi yang lebih spesifik pada kadar yang jauh lebih kecil dari pada kadar yang dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum.              

Rabu, 01 Desember 2010

Antibiotika Bisa Memicu Alergi





Selain menimbulkan efek samping untuk kesehatan, ada sejumlah orang yang mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi antibiotika. Kalau sebelumnya seseorang sudah tahu alergi dengan antibiotika tertentu, sudah pasti ia tidak akan diberikan antibiotika tersebut.

Reaksi alergi yang ditimbulkan bisa bermacam-macam. Yang paling sering adalah gatal di kulit atau urtikaria. Yang berbahaya, apabila terjadi edema atau bengkak pada tenggorokan yang membuat seseorang seperti tercekik.

Reaksi lain, ada yang mencetuskan gejala asma, seperti sesak napas. Reaksi serius lainnya adalah sindrom Steven Johnson, yang membuat seluruh permukaan kulit pasien meradang. Bahkan, kemudian timbul vesikel seperti cacar air di seluruh tubuh. Apabila kondisi ini terjadi, pasien harus segera dirawat karena situasinya sudah darurat. Namun, yang paling ekstrem adalah muncul shock anafilaktik hingga berujung pada kematian.

Antibiotika golongan penisilin, disebutkan oleh Dr.J.Hudyono, MS.Sp.Ok, biasanya menimbulkan alergi. Itu sebabnya, para dokter lebih berani memberikan penisilin saat pasien berada di rumah sakit yang memiliki alat untuk kondisi gawat darurat.

Mengingat kemungkinan efek samping, termasuk reaksi alergi dan bahaya resisten, Dr.Hudyono memberikan sejumlah saran sebelum mengonsumsi antibiotika.

1. Konsumsi antibiotika sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter, baik untuk dosis maupun lamanya.

2. Sertakan pula informasi kepada dokter jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap antibiotika.

3. Jangan berinisiatif menggunakan antibiotika atas keinginan sendiri karena penyakit yang diderita saat ini belum tentu sama dengan penyakit sebelumnya.

4. Jangan memberikan antibiotika kepada anggota keluarga lain meski kasusnya hampir sama. Antibiotika itu belum tentu cocok bagi mereka. Apalagi kalau kemudian anggota keluarga tersebut memiliki alergi yang bisa membahayakan diri mereka.

5. Tidak meminta antibiotika kepada dokter. Ingat, antibiotika digunakan untuk infeksi bakteri dan bukan infeksi virus. Jadi, kalau sakit flu yang disebabkan oleh virus, tidak perlu antibiotika.

6. Ubah pola berpikir bahwa penyakit apa pun apabila tidak diberi antibiotika tidak bakal sembuh. Yang benar adalah, antibiotika digunakan sesuai dengan bakteri yang menginfeksinya.



Dari : informasi kesehatan www. dechacare.com